Minggu, 14 Juni 2009

Ketaatan.....

Ketaatan yang Menyembuhkan
"Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.." (1 Raja-raja 19:4b)

Elia dalam Perjanjian Lama termasuk nabi besar Bahkan perkasa. Betapa tidak, Elia berani melawan kekuasaan Raja Ahab yang kejam. la tidak gentar ketika seorang diri harus melawan 450 nabi Baal (1 Raj 18:22). Di Gunung Karmel Elia terang-terangan menantang para nabi Baal itu. Sungguh berani. Tapi ironis, ketika Izebel, istri Raja Ahab, mengancam Elia, ia ketakutan setengah mati, Hingga ia melarikan diri. Kontras. Ini menunjukkan di balik kebesaran seseorang pasti ada kelemahan. Tokoh-tokoh besar di Alkitab bukan manusia super tanpa cela. Mereka juga manusia biasa yang punya kelemahan.
Yang luar biasa adalah sikap Tuhan secara logika, Dia punya alasan untuk mencela atau menyalahkan Elia. Elia kan seorang nabi. la juga sudah melihat dan mengalami sendiri bagaimana kuasa Tuhan bekerja. Lha. sekarang ia koq begitu frustasi dan ingin mati karena ancaman seorang wanita. Tapi Tuhan tidak mencela. Tuhan memberi kekuatan dan penghiburan kepada Elia. Ketaatan kepada Tuhan menyembuhkan, karena pertama, Tuhan tidak akan meremehkan dan mencela kelemahan kita. Dia menerima kita apa adanya.
Kedua. Tuhan tidak akan tinggal diam. Pada saatnya Dia akan menolong dengan cara-Nya yang kadang tidak kita mengerti, dan pada waktu-Nya yang kadang tidak kita duga; Dia akan turun tangan menolong. Tepat sasaran. Seperti kepada Elia. Dalam kekalutan, kegamangan, dan ketakutannya yang begitu rupa, pertolongan Tuhan datang. Dan itu bukan sekadar kata-kata. Tapi tindakan praktis.
Ketiga, Tuhan adalah teman sepergumulan kita. Dalam kasus Elia yang mengeluh dan menunjukkan kelemahannya Tuhan sebetulnya bisa melepaskan Elia. Dia tidak kekurangan orang untuk melakukan pekerjaan tangan-Nya. Tuhan bisa berkata, "Elia ini hanya memusingkan! Sudahlah, mati saja sana seperti kemauannya!" Tapi Tuhan membimbing Elia untuk lebih menghayati kasih dan kuasa-Nya. Menjadi teman sepergumulan bagi Elia (ay 11-13). Ya, Tuhan kita adalah Tuhan yang bertanggung jawab. Dia tidak akan membuang atau meninggalkan kita. Dia akan menemani kita menelusuri lekak-lekuk pergumulan kita. Dan Elia pun sembuh. la kembali ke perjuangan imannya, melaksanakan tugas kenabiannya tanpa galau dan risau.
Lalu bagaimana kita taat kepada Tuhan? Sederhananya. pertama, ikuti semua
proses dalam hidup kita dengan iman, kalau Tuhan menghendaki sesuatu terjadi tidak
akan ada kekuasaan yang bisa menghentikannya, dan Dia pasti akan memperlengkapi
kita menjalaninya. Sebaliknya kalau sesuatu itu bukan kehendak Tuhan, Dia selalu
punya cara menggagalkannya. Kedua, hadapi setiap tantangan dan cobaan, bahkan
yang paling menyakitkan sekalipun dengan pengharapan, bahwa semua itu akan
Tuhan pakai untuk kebaikan. Ketiga, landasi hati dan perilaku kita dengan kasih.
Kasih memungkinkan kita memaknai setiap keburukan dengan legowo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan Yang Bermanfaat