Kamis, 28 Mei 2009

ISU

ISU


Di tengah masyarakat yang resah dan bingung, isu bisa menjadi subur. Sebuah dugaan, sebuah penafsiran, bahkan sebuah kabar burung, bisa ditangkap sebagai sebuah kebenaran. Maka, ibarat sebuah bola salju, dia akan terus menggelinding, semakin lama semakin besar; meninggalkan jejak, tanpa orang tahu lagi bentuk aslinya.

Seperti dalam kisah ini. Asrama mahasiswa sebuah Perguruan Tinggi menerima kiriman paket dari salah seorang alumnus. Paket itu berisi sekeranjang makanan khas sebuah daerah. Tentu saja disambut gembira. Bagi komunitas asrama, kiriman makanan bisa menjadi "anugerah" tersendiri.

Akan tetapi, entah karena kelamaan diperjalanan atau entah dari sananya memang sudah begitu, makanan itu agak berbau tidak sedap. Wah, bagaimana ini? Kalau dibuang jelas sayang. Dan, kok ya tidak menghargai si pengirim yang sudah bersusah payah dan berbaik hati. Tetapi kalau dimakan juga, nanti kenapa-kenapa pula; mending kalau hanya mules, lha kalau sampai harus masuk rumah sakit, bagaimana coba.

"Kita berikan saja dulu sedikit ke si Bujel, anjing Ibu asrama. Kalau si Bujel tidak kenapa-kenapa, berarti bisa kita makan," usul seorang penghuni.

"Itu tidak berperi kebinatangan dong," protes penghuni lain.

"Lha, orang saja banyak yang tidak berperi kemanusiaan; kok situ masih mikirin peri kebinatangan. Apa mau situ yang nyicipi?!"

Alhasil, usul diterima. Si Bujel dipanggil, lebih tepat dipaksa. Tentunya tidak atas sepengetahuan Ibu asrama.

Singkat kata, ternyata si Bujel tidak kenapa-kenapa melahap itu makanan. Anjing itu malah mengaing-ngaing minta lagi. Maka tanpa dikomando dua kali, para mahasiswa menyerbu itu makanan. Dalam waktu singkat ludes. Dan tidak terjadi apa-apa.

Malamnya, mereka mendapat kabar si Bujel mati! Bukan alang kepalang mereka kaget. Keresahan dan ketakutan lantas saja menghantui; bagaimana ini, makanan sudah masuk ke perut mereka?! Ada yang katanya mendadak pusing, malah ada juga yang lalu muntah-muntah.

Dokter segera dipanggil. Para mahasiswa yang tadi ikut makan diperiksa satu per satu. Tidak ada yang janggal. Lalu kenapa si Bujel mati? O, rupanya tergilas truk!
Maka, berhati-hatilah dengan isu. Jangan kita mengambil keputusan atas dasar isu. Terlebih, jangan pula ikut menggelindingkan isu. Salah-salah, justru kita sendiri yang tergilas. Jadicermatilah segala isu yang berkembang. SYalom


Kasih Harus Dibuktikan dengan Tindakan
Pdt. Bigman Sirait

KASIH harus dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan, bukan sekadar diucapkan. Tapi gereja masa kini terjebak pada perangkap ini karena kita suka sekali memakai kata “kasih” itu seperti topeng, bukan kesejatian. Kasih yang sejati selalu memberikan satu inspirasi untuk orang bertindak di

dalam hidupnya sehingga melahirkan tindakan-tindakan yang luar biasa. Kasih yang murni, tidak ada permainan sandiwara, itulah yang dituntut Tuhan untuk kita kerjakan.
Dan itu menjadi sebuah keharusan. Kita bisa saja sepertinya mengasihi orang tetapi hati kita tidak. Jika begini, betapa jahatnya kita.

Kejujuran, keterusterangan, adalah sesuatu yang sangat menyakitkan, tetapi menyenang-kan bagi orang yang memiliki kebenaran, dan hidup dalam kebenaran. Hidup seperti itulah yang harus kita demonstrasikan. Dengan demikianlah kita bisa saling mengasihi sebagai saudara. Di situlah suasana dalam satu komuni-tas menjadi hidup karena saling mengisi dan saling menggairahkan, bukan lagi dipengaruhi faktor-faktor emosi, tetapi ikatan cinta-kasih. Itu mimpi dan kerinduan kita. Kita harus mendemonstrasikan bagaimana ikatan cinta kasih itu terbentuk antarkita, sehingga biarpun jumlah kita minoritas, tapi bermakna. Jangan malah sebaliknya, sudah kecil tapi ribut melulu. Boleh saja kita kecil dari segi jumlah, tetapi di surga dipuji Tuhan karena penuh cita kasih.
Hidup dalam kebersamaan, menjadi satu keluarga di mana semua orang mengambil bagian, tahu tugas dan tanggung jawab di dalam keluarga itu. Apa bagianmu kerjakan, sehingga dengan demikian kasih punya tempat untuk bertumbuh bersama-sama. Tetapi ketika kita mencipta-kan berbagai kepin-cangan, yang bukan bagianmu kamu kerja-kan, yang bagianmu tidak kamu kerjakan, maka timbul ben-trokan, maka kita membunuh cinta kasih itu di dalam kehidupan. Ini penting kita pikir-kan, dan itulah yang akan menggelorakan kita, mem-buat kita menjadi rajin. Orang tidak mungkin tidak rajin kalau dia punya cinta kasih. Karena kasih, seorang ibu rela membanting tulang untuk anak-anaknya. Demi kasih, orang memiliki keberanian. Dalam peristiwa kebakaran, seorang ibu menerobos api, untuk menyelamatkan bayinya. Dia bisa mati tetapi tidak peduli dengan dirinya. Bagi dia jauh lebih terhormat mati demi bayinya atau mati berdua.
Lukisan-lukisan kasih itu memberikan kontribusi dan dampak di dalam kehidupan. Kasih mendorong kita bergairah untuk mau tahu banyak, menciptakan kerajinan-kerajinan yang terus menyala-nyala. Karena kasihlah apinya. Kasih adalah personal relationship kita dengan Tuhan. Kalau personal relationship ini tidak beres, kasih tidak menyala, akibatnya melayani pun kita kendor. Orang Kristen, jika ingat berkat Tuhan maka berapi-apilah dia melayani. Dia tidak akan berhitung, tapi akan melakukan apa saja, dan terus maju di dalam perjuangan untuk menyenangkan hati Tuhan. Kobaran itu harus terus menyala.
Rasul-rasul bekerja babak belur, masuk-keluar penjara tapi semangat mereka tidak pernah turun. Dari dalam penjara mereka masih menasihati orang di luar penjara. Begitu bergairah dan hebatnya, mereka terus maju dan tak pernah berhenti, bekerja menghadapi kesulitan kegetiran. Itulah gelora, ketika api cinta kasih itu menyala-nyala. Semakin mereka melayani orang karena cinta kasih, semakin mereka berkobar-kobar. Sampai-sampai Paulus mengucapkan kalimat: “Bagiku upah adalah ketika aku memberitakan Injil tanpa diupah”. Luar biasa. Kalau dipikir-pikir, bagaimana kita melakukan sesuatu tanpa imbalan, karena toh manusia bekerja selalu dengan pamrih. Nyaris kita tidak bisa terhindar dari pamrih, minimal kerja kita dihargai. Jika Rasul Paulus rela melayani Tuhan tanpa upah, itu karena keterikatan yang kuat pada surga, sehingga respon dia adalah karena kasih surga, dan pamrih dia adalah boleh menyenangkan Tuhan.

Pembaruan rohani
Dalam hidup ini, kalau ada persoalan yang sangat sulit, rasanya kesal sekali. Maunya sih jangan ada persoalan. Tapi kalau dipikir-pikir, mana mungkin hidup tidak ada persoalan? Persoalannya justru adalah bagaimana menghadapi dan melewati persoalan sehingga menjadi semacam tekanan yang menguji sejauh mana semangat kita melayani Tuhan. Sehingga ketika sedang sulit dan punya masalah pun kita tetap bersukacita. Bagaimana bisa? Karena ada pengharapan. Di atas bara persoalan kita bersukacita terhadap pengharapan. Kita maju karena ada pengharapan. Itu sebab kita mesti kuat melangkah, kalau tidak lilitan persoalan ini seperti lumpur hidup yang semakin kita bergerak, kita makin ditelan.
Satu kekhawatiran yang kita ijinkan menguasai diri kita, akan bertambah menjadi dua, tiga, dan akhirnya menenggelamkan. Mengabaikan dan melupakannya tidak bisa, karena akan semakin bertambah persoalan itu. Karena itu persoalan tidak bisa diselesaikan dengan ekstasi tetapi dengan katarsis. Katarsis itu semacam proses penyucian diri yang membawa pembaruan rohani, oleh kekuatan Tuhan sehingga kita sadar: “Oh Tuhan, engkaulah Tuhan dan juru selamatku, kekuatanku”.
Orang kadang-kadang bingung kalau menemukan Kristen sejati, yang sekalipun secara ekonomi susah, tetapi dalam menjalani hidup enteng-enteng saja. Hal itu karena dia memiliki kesukacitaan atas pengharapan, sehingga dia sabar dalam kesesakan. Dalam Alkitab tertulis: “Sabarlah menderita”. Karena itulah orang-orang Kristen berkobar, kuat dalam kesesakan, bertekun di dalam doa karena dia tahu Tuhan menolongnya. Maka cinta kasih tidak akan membuat kita menuntut pada Allah, tetapi cinta kasih membuat kita mengabdi pada Dia. Karena dia sudah mengasihi kita, maka kita akan mengabdi pada-Nya. Maka doa kita cuma satu: mampukan aku mengabdi pada-Mu. Dan pengabdian kita: siapa yang mencari kerajaan-Nya akan mendapat tambahannya. Itu janji Tuhan.
Jadi, mau sukses dan baik? Hidup saja sesuai kehendak Tuhan, jangan dibikin rumit-rumit. Bekal cinta kasih itu akan mendorong kita mencip-takan berbagai kemungkinan dan peluang.
(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)

Teolog Kemanusiaan Gustavo Gutierrez

Teologi pembebasan adalah sebuah jalan untuk memahami rahmat dan keselamatan Yesus dalam konteks masa sekarang dan dari situasi rakyat miskin. Usaha dari sebagian anggota dan pemimpin Gereja untuk mengabaikan kemiskinan dan menaruh perhatian kepada perkara-perkara lain menemui kegagalan. Rakyat miskin muncul ke panggung sosial dengan kemiskinan di pundak mereka. Mereka yang selama ini ditepikan, bahkan dihilangkan dari sejarah oleh rezim otoriter dan represif, maupun kekuasaan asing menghadirkan diri sebagai subjek sejarah (the presence of the absent). Rakyat miskin menegaskan martabat mereka sebagai manusia dan sebagai putera-puteri Allah. Gerakan rakyat miskin untuk pembebasan menjadi jalan mereka mengikuti Yesus Kristus Sang Pembebas

Gustavo Gutierrez, ‘ The Task and Content of Liberation Theology’ dalam Christopher Rowland. Ed., The Cambridge Companion to Liberation Theology (Cambridge: Cambridge University Press, 1999), 19 – 38.

Berani Bermimpi Besar

Allah yang kita sembah adalah Allah yang besar. Dia sudah menanamkan benih visi dan mimpi yang besar di setiap manusia, tidak peduli ras, agama atau umur. Karena visi-Nya yang besar, Tuhan tidak ingin melihat kita hidup bermental status quo, yaitu hidup yang tidak jelas arah tujuannya, sekedar puas hidup, tanpa ada kemajuan atau terobosan.

Seorang hamba Tuhan di Houston, Texas, USA bernama Joel Osteen, semula ”hanya” membantu sebagai soundman di gereja ayahnya, yaitu John Osteen. Tahun 1999, ayahnya meninggal dan seluruh penatua gereja serta ibu Joel sepakat untuk Joel Osteen menggantikan ayahnya. Banyak orang meragukan kemampuan Joel, mereka menanyakan apakah Joel bisa memakai sepatu ayahnya, apakah Joel bisa mencapai tempat yang telah dicapai ayahnya. Dia diam sejenak dan menjawab: “Dengan sangat rendah hati, aku berkata bahwa aku akan melakukan jauh lebih besar daripada yang telah dicapai ayahku.”

Bukanlah suatu kesombongan ketika Joel Osteen mengatakan ia dapat melakukan jauh lebih besar daripada yang ayahnya telah raih. Bahkan ini merupakan suatu deklarasi yang rendah hati. Kenapa? Karena ia mengakui dan tunduk pada kehendak Tuhan atas hidupnya.

“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” – Efesus 3:20

Ukuran kemauan seseorang untuk menjadi besar dan hebat dapat terlihat dari sikap, cara berbicara dan cara berpikirnya. Tara Holland akhirnya berhasil menjadi Miss America 1997 setelah dua kali ”hanya” berhasil menjadi runner-up Miss Florida pada tahun 1994 dan 1995. Posisi runner-up sempat membuatnya kecewa, tapi kegagalannya tidak membuatnya mundur. Tara membeli ratusan video dari berbagai acara pemilihan ratu kecantikan. Dia belajar dari video-video tersebut. Kemudian Tara pindah dari Florida ke Kansas City. Tahun 1997 dia menang sebagai Miss Kansas City dan akhir 1997, dia berhasil menjadi Miss America. Mengenai kesuksesannya, Tara berkata: “Saya membuang semua kekecewaan karena kegagalan dan saya melihat diri saya beribu-ribu kali memakai mahkota kemenangan itu.”

Apakah Anda mempunyai gambaran kemenangan dalam hidup Anda?

Kunci utama untuk menjadi besar adalah membuang semua kekecewaan, kepahitan dan sikap busuk lainnya. Satu-satunya penghalang untuk menerima yang terbaik dari Tuhan adalah cara berpikir yang salah. Yesus berkata di Matius 9:17 bahwa Anda tidak akan bisa menerima visi baru jika Anda tidak lepas dari kantong anggur (pola pikir) yang lama. Berarti Anda tidak akan bisa melihat visi Tuhan jika Anda masih mempertahankan sikap dan kelakuan Anda yang lama.

Jadi, buang kantong anggur Anda yang lama. Buang pola pikir yang lama. Berani impikan hal-hal besar yang Anda belum pernah bayangkan sebelumnya. Imaginasikan gambaran masa depan Anda yang penuh dengan kelimpahan dan kuasa, seperti janji-Nya di Yeremia 29:11.

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” – Yeremia 29:11

Syalom.

Data Keluarga

Saya telah berkeluarga dan Istaeri saya bernama Apoi Risma Br. Sihaloho. Tuhan mengaruniakan bagi kami anak-anak yang bernama Jeremia Uba Metanoia Silaban; Paskah Kristophel Silaban dan Matthew Haojahan Silaban.
Saat ini saya melayani di HKI Bengkong Indah, Resort Bengkong Indah- Batam ; sejak tanggal: 06 Januari 2007.

Selasa, 26 Mei 2009

"Jadilah seorang hamba yang melayani, bukan seorang hamba yang dilayani. Gembalakanlah kawanan domba Allah...... (1 Petrus 5:2)"