Minggu, 28 Juni 2009

Cerita Bermakna.......

1000 Hari Sabtu

Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja.. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara e masnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.

"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat".

Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku".

Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghiitung- hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".

"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".

"Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya" .

"Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".

"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku befikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".

"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan" kataku, "Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum. "Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, " Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."

*Pesan dari cerita ini : *

SPEND YOUR WEEKEND WISELY AND MAY ALL SATURDAYS BE SPECIAL AND MAY YOU HAVE MANY HAPPY YEARS AFTER YOU LOSE ALL YOUR MARBLES.

PENCURI............

Yang namanya pencuri, pasti akan punya banyak akal
supaya nggak ketahuan kalau beraksi ...

Seorang pria pergi ke kantor polisi dengan tujuan
ingin menemui pencuri yang semalam masuk ke rumahnya
dan berniat untuk mencuri.

"Oh, tidak boleh ... Kau akan dapat kesempatan
berbicara dengan dia di pengadilan ... tenanglah,
jangan emosi." kata polisi yang bertugas saat itu.

"Oh, tidak, tidak ...!" kata pria tersebut.
"Aku ingin menemuinya hanya ingin sekedar bertanya,
bagaimana dia bisa masuk ke dalam rumahku tanpa
membangunkan istriku? Padahal aku sudah mencoba hal
itu selama bertahun-tahun,tapi tidak pernah berhasil."

Humor.........."Enam Macam Jemaat"

Menurut hasil survei orang yang kurang kerjaan,
ternyata di setiap gereja terdapat 6 macam jemaat.
Inilah ke 6 macam jemaat itu,
berurutan dari yang paling baik .... ;)

1. JEMAAT PENYANGGA -- Jemaat yang datang dan menyembah
secara teratur, memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan uang.

2. JEMAAT SPESIAL -- Menolong gereja bila dibutuhkan,
tetapi belum tentu ia ke gereja.

3. JEMAAT BUTUH -- Hanya datang saat di baptis,
pemberkatan nikah dan upacara kematian
(bisa sebagai yang di-upacarai ataupun yang
mengadakan upacara ).

4. JEMAAT TAHUNAN -- Hanya muncul pada saat Paskah dan
Natal untuk memastikan apakah gereja-nya masih ada di situ.

5. JEMAAT SPONS -- Jemaat yang menyerap semua berkat
dan fasilitas yang disediakan gereja tanpa mau
memberikan-nya kembali.

6. JEMAAT PERUSAK -- Tukang berantem dan tukang kritik,
termasuk yang membaca humor ini yang merasa tersinggung :-)

Humor........... "WARTA GEREJA"

Suatu hari saya diajak oleh teman untuk mengikuti
kebaktian sore di gerejanya. Di akhir kebaktian,
petugas pembaca pengumuman memberitahukan, "Mohon maaf,
kami sampaikan bahwa karena banyaknya jemaat yang datang
pada kebaktian pagi tadi, buletin yang kami cetak
ternyata sudah habis sehingga sepertinya jemaat yang
datang sore ini tidak bisa mendapatkannya, tapi jangan takut,
informasi, dan berita yang ada di buletin bisa anda baca
di website gereja ini."

Pengumuman berikutnya pun dibacakan, namun dalam hati
saya masih penasaran apa alamat website gereja ini,
sehingga saya pun mencoba bertanya sendiri,
"Jadi alamat website gereja ini apa?"

Tiba-tiba gembala gereja yang ternyata duduk di depan saya menoleh dan
berkata "Alamatnya bisa dilihat di buletin."

Humor....."DI GEREJA"

Sadrah kecil dibawa ibunya ke gereja. Kebetulan saat itu sedang ada
perjamuan suci. Karena Sadrah masih kecil, tentu saja roti dan anggur
perjamuan tidak ditawarkan kepadanya. Ibunya langsung menjelaskan
bahwa Sadrah belum cukup umur untuk mengikuti perjamuan suci.

Waktu untuk memberikan persembahan tiba. Dan begitu kantong itu tiba
di depan Sadrah ibunya meminta Sadrah memasukkan uangnya. Tetapi
Sadrah menggelengkan kepalanya dengan kuat dan menyembunyikan
tangannya dibelakang punggung, sambil berkata, "Kalau aku tidak boleh
makan roti itu, aku tidak mau membayarnya!"

Humor.....

KEBIASAAN DI GEREJA

 pesawat hampir jatuh, sang pramugari segera berteriak kepada
sang pendeta, yang kebetulan saat itu menjadi salah satu penumpang,

"Pak Pendeta cepat lakukan sesuatu!!!"

"Melakukan apa?" tanya sang pendeta kebingungan.

"Seperti yang sering dilakukan di gereja!!!" jawab sang pramugari dari
jarak yang jauh.

Tak lama kemudian tampak pendeta itu sedang mengedarkan kantong
kolekte kepada seluruh penumpang.

"Firman-Mu itu Pelita Bagi Kakiku dan Terang bagi Jalanku (Mazmur 119: 105)"


Dalam ayat ini Daud merenungkan cara berjalan kita yang seharusnya di tengah-tengah dunia ini. Ia menyoroti dua hal utama: kaki yang kita pakai untuk melangkah, dan jalan yang kita lalui. Ia menjamin bahwa kita tidak akan pernah berjalan dalam kegelapan apabila kita sepenuhnya percaya dan taat kepada Firman Tuhan.

Akan datang saat-saat ketika dunia di sekitar kita menjadi gelap sama sekali. Pada saat itu pandangan kita ke segala arah akan terbatas sampai beberapa meter saja. Di depan kita mungkin ada masalah-masalah yang belum beres. Mungkin juga ada bahaya yang mengancam kita di balik tikungan. Namun di tengah semua itu kita mendapat suatu jaminan; Jika kita benar-benar mentaati Firman Tuhan dalam menghadapi keadaan apapun juga, kita tidak akan berjalan dalam kegelapan. Kaki kita tidak akan menapak di tempat yang berbahaya yang dapat membuat kita tersandung dan jatuh sehingga mengalami cedera atau mendapat malapetaka.

Namun jaminan tersebut berlaku untuk satu “daerah” khusus saja; yaitu hanya di tempat kita akan menapakkan kaki kita pada langkah berikutnya. Tuhan tidak berjanji bahwa kita akan bisa melihat jauh ke depan. Apa yang akan terjadi jauh di depan kita mungkin sama sekali tidak bisa kita ketahui , tetapi hal itu tidak perlu membuat kita khawatir. Yang diminta Tuhan dari kita hanyalah agar setiap langkah, kita ayunkan dengan penuh ketaatan kepada Firman Tuhan.

Bahaya yang terbesar bagi kita adalah jika kita berusaha melihat terlalu jauh ke depan menembus kegelapan itu. Karena dengan berbuat demikian kemungkinan kita bisa kurang memperhatikan tempat yang akan kita pijak yang tepat ada di depan kita, yaitu satu-satunya tempat yang disinari Tuhan setiap kali kita akan melangkah.

Tanggapan Iman:

Tuhan, tunjukkanlah padaku dimana aku harus menaruh kakiku sekarang dengan menaati Firman-Mu. Kuserahkan masa depanku ke dalam tangan-Mu.

TIDUR DI GEREJA...




Sebagai persiapan menghadapi banjir musiman yang bakal tiba, komandan
di suatu kota bertanya pada Pak pendeta tentang kemungkinan berapa
orang yang bisa tidur di gerejanya kalau nanti gerejanya dipakai
sebagai tempat pengungsian.

"Kalau ibadat pada hari Minggu biasa sih, yang tidur antara 30 sampai
50 orang, Pak." sahut Pak pendeta.

PERSEPULUHAN....

"PERSEPULUHAN"

Istilah persepuluhan di dalam bahasa Iberani ialah “maaser” yang berasal dari kata Aram “ascher” = kekayaan. Hal ini menunjukkan bahwa kita telah menerima kekayaan dari “sumber” kekayaan itu sendiri, yaitu Allah. Allah telah memberikan kita 100 % sesgala sesuatu yang ada pada kita dan kita diminta mengembalikan kepadaNya hanya 10 %.cara pengembaliannya inilah yang kita sebut masalah theologia persepuluhan.

Kalau kita memeriksa Alkitab dan Sejarah Gereja mengenai persepuluhan kita melihat beberapa cara yang berbeda-beda tapi tokh tidak bertentangan :

1. Abraham memberikan sepersepuluh dari hartanya kepada Melkisedek, tanpa ada peraturan tertentu untuk itu ( 1 Musa 14 : 20). Pemberian Abraham menyatakan pengakuan terhadap Melkisedek dan mengaku dirinya selaku bawahannya. Hal ini diberitahukan kembali di dalam Ibrani 7. Melkisedek adalah pracontoh Kristus ! Yang dapat diartikan bahwa keturunan Abraham - di dalam iman - sudah sepantasnya menuruti contoh yang dilakukan oleh Abraham memberikan persepuluhan kepada Kristus, sebagai suatu kenyataan pengakuan kita terhadap kuasa Kristus. Yakub juga menjanjikan untuk mermberikan sepersepuluh kepada Tuhan dari apa yang dia peroleh dari Tuhan sendiri. Inilah janji Yakub sewaktu dia berada di Bethel. Pada waktu itu belum ada peraturan mengenai persepuluhan.

2. Tetapi kemudian Tuhan telah mengaturkan agar setiap persepuluhan diserahkan kepada Tuhan. Inilah perintah yang disampaikan oleh Musa kepada orang Israel.

Persepuluhan itu adalah sebagain dari persembahan orang Israel, umat Allah kepada Tuhan. Persepuluhan terdiri dari hasil bumi seperti gandum, anggur dan buah-buahan. Hasil hewan : lembu, sapi, kambing, domba. Mengenai hewan diatur seperti berikut : Setiap lembu atau domba yang lewat dari bawah tongkat gembala dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi Tuhan. Tidak boleh ditukar-tukar. Sejak peraturan Sinai maka persepuluhan telah menjadi salah satu dari Hukuman Allah (3 Musa 27:31-34).

3. Orang Lewi karena jabatannya adalah penerima persepuluhan dari umat Allah (4 Musa 18,21). Mereka bukan menerima dari orang-orang Israel secara langsung. Tetapi mereka menerimanya dari tangan Tuhan, dimana Tuhan sendiri berkata : “…..sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan” (ayat 21 dan bd. Ayat 24, Nehemia 10:37 dst).

4. Mengenai tempatnya pun ada ditentukan dan jika tempat itu terlalu jauh sehingga sulit dalam pengadaan pengangkutan persepuluhan dapat diuangkan (5 Musa 14:24-25).

5. Sekali tiga tahun persembahan persepuluhan itu diberikan langsung kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda (5 Musa 14:28-29).

6. Pernah terjadi bahwa orang Yehuda tidak menghiraukan kewajibannya dalam memberikan persembahan persepuluhan, sehingga orang Lewi terpaksa meninggalkan tugasnya dan pergi ke ladang. Untunglah setelah ada nasihat dari Nehemia sehingga persembahan persepuluhan terlaksana kembali (Neh.13:10-12).

7. Di dalam Perjanjian Lama juga diberitakan bahwa persepuluhan diberikan kepada pihak penguasa atau Raja demi kepentingan pemerintahan (1 Sam.8:15-17).

8. Di dalam Perjanjian Baru masih ada terdapat bukti-bukti bahwa praktek pemberian persepuluhan itu masih berlangsung.
Menurut Luk.18:12 persepuluhan itu diambil dari segala penghasilan berarti bukan hanya dari hasil ternak dan pertanian. Yesus menghardik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, karena mereka munafik di dalam pemberian persepuluhan itu. Persepuluhan dari selasih, adas dan jintan tetapi tidak melakukan keadilan dan belas kasihan serta kesetiaan (Mat. 23:23).

Inilah sebagai kunci untuk mengertikan “persepuluhan” itu. Pemberian persepuluhan tidak terpisahkan dari pelaksanaan hukum tentang keadilan, belas kasihan dan kesetiaan. Tuhan Yesus tidak pernah melarang hukum tentang persepuluhan itu tetapi Dia melarang praktek yang munafik. Apakah ahli Taurat dan orang-orang Farisi hanya memberikan persepuluhan dari hasil tanah yang sangat murah dan tidak memberikan persepuluhan dari hewan yang lebih mahal itu ?

9. Di dalam kesusasteraan Judaisme terutama di dalam Buku Jubileum 13:25 ff secara tegas ditandaskan tentang pelaksanaan pemberian persepuluhan. Dalam ayat 26 dapat kita baca :

“Dan hukum ini tidak mempunyai limit waktu; malah selalu mengatur generasi-generasi agar mereka memberikan kepada Tuhan persepuluhan dari segala-galanya, dari benih, dan anggur, dari minyak, dari kambing dan domba”.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa “Persepuluhan itu berlaku sebagai aturan yang tetap.

10. Di dalam sejarah gereja tidak berapa banyak terdengar tentang hal persepuluhan.
Tertullianus pada akhir abad kelima menjelaskan bahwa persepuluhan itu adalah dilaksanakan secara sukarela tetapi kemujdian menjadi kewajiban bagi setiap orang Kristen.
Synode Von Macon, Prancis yang dilaksanakan pada tahun 585 memutuskan tentang persepuluhan sebagai berikut :
“Hukum ilahi memerintahkan semua bangsa memberikan persepuluhan dari buah-buah (penghasilan) mereka ketempat suci”. Gereja abad ke-enam mengingatkan kembali umatnya untuk melaksanakan persembahan persepuluhan.
Di Perancis telah diakui hak Gereja secara hukum atas persepuluhan. Pada zaman Reformasi pun persepuluhan tidak digoyang oleh pembaharuan. Martin Luther sendiri mengakui bahwa hukum tentang persepuluhan itu adalah suatu hukum yang benar-benar indah ditinjau dari segi pergerakannya, dimana dia berkata : “Karena kalau banyak tumbuh di ladang, saya berikan banyak, kalau sedikit, saya berikan sedikit”.
11. Di dalam praktek sehari-hari apa yang disebut persepuluhan bukan dihitung secata Matematika. Dan bukan itu yang terpenting dalam theologia persepuluhan. Tetapi kita harus jujur. Kalau sekiranya penghasilan kita ada sekitar 100 karung padi dan kita memberikan persepuluhan hanya 1 kaleng, tentu kitalah yang membohongi diri sendiri.
12. Bagaimana kesimpulan kita dewasa ini tentang persepuluhan? Walaupun tidak ditentukan sebagai suatu peraturan, tetapi tidak ada satu ayatpun yang telah pernah membatalkan persembahan persepuluhan. Artinya kita seharusnya menjalankannya, tetapi bukan sebagai tuntutan Taurat. Rasul Paulus berkata di dalam 1 Kor. 16 : 2 : “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kami masing-masing sesuai dengan apa yang kamu peroleh menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu diadakan, kalau aku datang”.
Di sini tidak disebut persepuluhan, tetapi ditentukan suatu hari di dalam satu minggu.
Pelaksanaan pemberian harus sepadan dengan kerelaan dan berdasarkan yang ada pada seseorang (2 Kor. 8 : 11). Bahkan Jemaat itu bukan hanya memberikan dari harta bendanya tetapi memberikan diri mereka (2 Kor. 8 :5).
Tuhan Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukcita menurut kerelaan hatinya.
Semua pemberian termasuk pemberian persepuluhan adalah sekaligus seperti menabut di ladang Tuhan, di mana Tuhan sendiri yang menyediakan benih bagi penabut dan melipat gandakannya. Dengan ketentuan : “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Kor. 9:6)
Di dalam pelaksanaan pemberian persepuluhan itu Tuhan menilai motif dari setiap pemberian ! Apakah kita jujur dan setia atau apakah kita munafik.
Mungkin kita telah berjanji untuk memberikan persepuluhan, tetapi jika sekiranya penghasilan dari sumber yang sama itu melimpah ruah, apakah kita masih bersedia memberikannya dengan penuh sukacita? Atau apakah jumlah itu sudah terlalu banyak sehingga perlu dikurangi?
Persepuluhan dapat membantu kita untuk menyerahkan persembahan kita yang sekaligus berfungsi sebagai benih ditabur. Setiap “penabur benih” di dalam kerajaan Allah pasti membawa berkah panen.
Janganlah kita menipu Allah di dalam persembahan persepuluhan dan persembahan khusus, untuk itu ada baiknya jika kita merenungkan Maleaki 3 : 10 : “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, Firman Tuhan semesta Alam, apakah Aku tidak membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan”. Tuhan sendiri mengatakan dalam hal ini “ujilah Aku!” Silahkan, uji Tuhan! Tidak salah kalau kita mengujiNya! Pasti Tuhan masih membuat tanda mujizat dalam hal ini.
Apakah jumlah 10% untuk persepuluhan terlalu besar bagi kita untuk setiap penghasilan? Di dalam dan bersama iman tentu tidak, tetapi secara terpaksa sudah barang tentu terlalu besar. Baiklah kita melaksanakannya bukan berdasarkan peraturan tok atau paksaan tetapi melulu berdasarkan Firman Tuhan dan sebagai persembahan syukur kepada Tuhan dengan sukacita. Syalom

Minggu, 14 Juni 2009

Ada seorang anak muda yang bersahabat akrab dengan seorang pengkhotbah tua. Suatu hari, anak muda ini kehilangan pekerjaannya dan tidak tahu lagi harus
berbuat apa. Akhirnya, dia memutuskan untuk mencari si pengkhotbah tua itu

Ketika berada di ruang belajar si pengkhotbah, si pemuda ini berteriak-teriak tentang problem hidupnya. Akhirnya dengan kalap dia mengepal-ngepalkan tinjunya, sambil berteriak, "Saya memohon Tuhan agar menolong saya. Tapi hai pengkhotbah, mengapa Dia tidak menjawab saya?"

Si pengkhotbah tua itu pergi ke ruang lain dan duduk di sana. Lalu dia berbicara sesuatu dan menanti jawaban si pemuda. Tentu saja si pemuda itu tidak mendengarkan dengan jelas, sehingga dia ikut-ikutan pindah ruangan.

"Apa sih katamu?" tanya si pemuda penasaran. Si pengkhotbah itu mengulangi kata-katanya dengan perlahan sekali, seperti sedang bergumam sendiri. Tetapi si pemuda belum menangkap bisikan si pengkhotbah. Dia terus mendekati si pengkhotbah tua ini dan duduk di bangku sebelahnya.

Si pemuda itu lagi-lagi bertanya, "Apa katamu? maaf, saya tadi belum mendengarnya."

Dengan lembut, si pengkhotbah memegang pundak si pemuda, "Saudaraku, Allah kadang-kadang berbisik, jadi kita perlu lebih dekat menghampiriNya, agar dapat mendengar Dia dengan lebih jelas lagi." Si pemuda itu tertegun dan akhirnya dia mengerti.

Kita seringkali menginginkan jawaban Tuhan bak petir yang menggelegar di udara dan sekaligus meneriakkan jawaban dariNya. Tetapi Allah sering diam, kadang Dia bicara dengan lembut, bahkan berbisik. Hanya dengan satu alasan: agar Anda mau menghampiri takhta kemuliaanNya dan lebih dekat kepadaNya. Setelah Anda berada di dekatNya, Anda baru bisa mendengar jawaban Tuhan dengan jelas.

Indah sekali untuk mengetahui bahwa kita melakukan sesuatu yang tepat, pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dengan cara yang tepat dan bersama orang-orang yang tepat. Itulah yang terjadi apabila kita dipimpin oleh Roh Kudus.

Cerita Bermakna........

Kabayan dan Profesor...

Kabayan dan profesor duduk berhadapan di kereta api yang membawa mereka
dari Bandung ke Jakarta. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya, itulah
sebabnya sepanjang perjalanan mereka tidak saling bercakap-cakap.

Untuk mengusir kebosanan, profesor menawarkan sesuatu pada Kabayan,
“Hai Kabayan, bagaimana kalau kita main tebak-tebakan?”

Kabayan diam saja sambil menatap pemandangan di luar jendela kereta.
Hal ini membuat Profesor menjadi gusar. Katanya, “Kabayan, ayo kita main
tebak-tebakan!

Aku akan mengajukan pertanyaan untuk kau tebak. Kalau kau tak bisa
menjawabnya, kau harus membayarku Rp.5.000, Tetapi kalau kau bisa
menjawabnya, aku bayar kau Rp. 50.000.

Kabayan mulai tertarik dengan tawaran itu.

Profesor melanjutkan, “Kemudian, kau ajukan pertanyaan padaku. Kalau
aku bisa menjawabnya, cukup kau bayar aku Rp. 5.000. Tapi kalau aku tak
bisa menjawabnya, aku bayar kau Rp. 50.000, Bagaimana?”

Mata Kabayan berbinar-binar. Katanya, “Baik kalau begitu. Sekarang
ajukan pertanyaanmu.”

“Ok,”sahut profesor dengan cepat. “Pertanyaanku, berapa jarak yang
tepat antara bumi dan bulan?”

Kabayan tersenyum karena tak tahu apa jawabannya. Ia langsung merogoh
sakunya dan menyerahkan Rp. 5.000,pada profesor. Dengan gembira Profesor
menerima uang itu, “Nah, sekarang giliranmu.”

Kabayan berpikir sejenak, lalu bertanya, “Binatang apa yang sewaktu
mendaki gunung berkaki dua. Tapi sewaktu turun gunung berkaki empat?”

Profesor lalu berpikir keras mencari jawabannya. Ia melakukan
coret-coretan perhitungan dengan kalkulatornya. Kemudian ia mengeluarkan laptop,
menghubungkannya dengan internet dan melakukan pencarian di berbagai
situs ensiklopedi. Beberapa lama, profesor itu mencoba. Akhirnya ia
menyerah.

Sambil bersungut-sungut ia memberi uang Rp. 50.000 pada Kabayan yang
menerimanya dengan hati senang.

“Hai, tunggu dulu!” profesor itu berteriak. “Aku tidak terima. Apa
jawaban atas pertanyaanmu tadi?”

Si Kabayan tersenyum pada profesor. Dengan santai ia merogoh saku
celananya dan menyerahkan Rp.5.000,- pada profesor.

Smiley…! Jangan menganggap orang lain tidak tahu apa yang kita
ketahui, karena seringkali di balik ketidaktahuannya mereka mengetahui apa
yang tidak kita ketahui.

Cerita Bermakna....

DITETAPKAN UNTUK MATI, TAPI HIDUP
DAN BERNYANYI


Gloria lahir dalam keadaan cacat. Kedua jari tangan kanan dan ketiga jari tangan kirinya tidak memiliki kuku. Demikian juga kakinya mengalami cacat serius. Kelima jari kaki kanannya tidak memiliki kuku dan bentuknya bulat, sedangkan telapak kaki kirinya hanya setengah bagian besarnya dan bentuknya bulat seperti kepalan tangan,tidak ada kuku dan tidak ada jari. Sejak kecil, Gloria tidak dapat memakai sepatu atau sandal. Pada waktu TK, Gloria harus memakai sepatu boot dan pada waktu SD tidak ada sepatu yang cocok bagi kakinya yang cacat itu. Akhirnya Gloria menggunakan sepatu anak laki-laki yang tertutup dan memakai tali agar sepatu tersebut dapat menyangga dan menutupi kaki kirinya yang hanya setengah itu. Sepatu yang ia pakai adalah sepatu yang alasnya terbuat dari karet yang cukup tebal dan cukup berat untuk ukuran kakinya yang kecil. Gloria berjalan terpincang-pincang karena sepatunya yang berat. Terkadang ia mengalami kesakitan dan harus menyeret sepatunya. Pelajaran olahraga adalah pelajaran yang menakutkan karena ia harus berlari keliling lapangan dengan sepatunya yang berat itu. Ia merasa malu, gagal, dan tidak berdaya. Di sekolah, ia merasa lain daripada teman-temannya. Gloria hanya dapat menangis dan menangis.

Gloria tumbuh menjadi anak yang pendiam, pemalu, dan tertutup. Ia sangat minder dan tidak memiliki rasa percaya diri. Pada masa kecilnya, Gloria tidak mengalami suatu masa yang indah seperti yang dialami oleh setiap anak. Ia mengalami suatu kegelisahan dan ia begitu ketakutan jika seseorang mendekatinya dan bersahabat dengannya, karena Gloria berpikir bahwa orang itu akan mengejeknya.
Karena perasaan itulah, untuk berbicara dengan orang lain, ia tergagap-gagap, berkeringat, bingung, dan kehilangan semua kata-kata
yang hendak diucapkannya. Hingga memasuki usia remaja, Gloria tidak memiliki teman yang mau menghabiskan waktu bersama dengannya, belajar bersamanya, dan untuk jalan-jalan. Pada saat teman-temannya bergembira di pesta ulang tahun yang ke-l7, Gloria tidak dapat menghadiri dan ikut berpesta dengan mereka. Gloria sangat kesepian dan semakin tenggelam dalam kesendiriannya.

Waktu terus berjalan dan Gloria tumbuh menjadi gadis dewasa, tetapi tidak datang perubahan apa pun pada dirinya. Gloria berteriak dalam kemarahannya, "Mengapa aku harus mengalami penderitaan seberat ini?
Mengapa aku harus dilahirkan cacat seperti ini? Mengapa aku harus menderita seumur hidupku? Tidak bolehkah aku merasakan bahagi sedikit saja? Aku lahir dan tidak ada gunanya sama sekali, hanya menjadi beban bagi orang lain. Aku membenci diriku. Aku membenci semua yang ada padaku. Tidak ada yang baik di dalamku. Lalu untuk apa aku lahir? Lebih baik aku mati saja. Aku takut menghadapi hari esok."

Dalam keputusasaannya, Gloria berseru kepada Tuhan. Ia sendiri tidak mengerti bagaimana caranya berdoa dan kepada Tuhan yang mana ia harus minta tolong. Sampai suatu hari, seorang teman mengajak Gloria ke gereja. Asing bagi Gloria untuk mengikuti ibadah di gereja.
Tetapi Allah sedang mempersiapkan jalan bagi hidup Gloria. Di tengah ibadah, Allah menjamah hati Gloria. "Saya merasakan damai pada saat itu." Hari itu, bulan Maret 1986, Gloria menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi dalam hidupnya, dan dibaptis pada bulan Agustus 1986. "Saya memiliki kasih yang baru yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, kasih dari Tuhan Yesus Kristus. Saya menangis dan menangis, menyadari ada seseorang yang mengasihi saya dan yang menerima saya apa adanya. Saya merasa tidak sendirian. Dan Ia juga memiliki rencana yang terbaik bagi masa depan saya."

Kasih yang baru membuat ia merasa hidupnya yang hampa dipenuhi kembali oleh harapan-harapan atas janji Allah. Hatinya meluap dengan rasa cinta kepada Tuhan Yesus. Setiap saat dorongan untuk membaca Alkitab, berdoa, dan menyembah Tuhan sangat kuat ia rasakan. Namun, perjuangan Gloria belum berakhir. Mamanya menentang keras pada saat ia mengetahui Gloria telah menjadi seorang Kristen. Sejak kecil, Gloria diajarkan untuk bersembahyang kepada patung. Karena tidak dapat menghentikan Gloria untuk ke gereja, mamanya mengancam, Gloria tidak boleh bersembahyang kepada papanya yang telah meninggal.
Karena menurut kepercayaan mereka, salah satu cara menghormati orang yang sudah meninggal adalah dengan bersembahyang kepada fotonya. Dengan berbuat demikian, mama membuat Gloria merasa bahwa ia sudah tidak lagi menghormati kedua orang tuanya. Tetapi hal itu tidak membuat Gloria berhenti. Ia semakin dalam mengasihi Tuhan.

Waktu terus berjalan. Dua tahun setelah pertobatannya, Gloria menghadapi suatu kenyataan pahit yang selama ini tak diketahuinya.
Suatu saat tantenya datang ke rumah. Dari mulut tantenya terkuak semua pertanyaan dalam benaknya yang selama ini tak terjawab.
Tantenya bertanya pada Gloria, "Apakah kamu tahu, mengapa kamu lahir dan mengalami cacat tubuh seperti itu?"

"Saya tahu. Mama bercerita pada saya bahwa pada waktu saya ada dalam kandungan, Mama tidak sengaja memotong kaki ayam. Mama lupa bahwa hal itu tidak boleh dilakukan. Akhirnya saya lahir dan keadaan kaki saya seperti kaki ayam yang terpotong," jawab Gloria dengan tanpa rasa curiga. Namun, entah dorongan apa yang ada dalam diri tantenya, sehingga tantenya kemudian menceritakan yang sebenarnya pada Gloria.
"Apa yang diceritakan oleh Mamamu tidak benar. Itu hanya suatu kepercayaan orang pada zaman dulu. Sebenarnya Mamamu baru menyadari bahwa dirinya akan memunyai seorang bayi lagi ketika kandungannya telah memasuki usia 3 bulan. Mama sangat terkejut dan bingung. Ia tidak menyangka bahwa ia akan memiliki seorang anak lagi, anak yang ketujuh. Mama berpikir akan diberi makan apa dan pendidikan yang bagaimana anak ini jika ia lahir. Untuk menghidupi keenam anak yang sekarang ada saja sudah sangat sulit. Mama mengatakan pada waktu itu perasaannya begitu kacau, ia tak tahu dari mana akan mendapatkan seluruh biaya yang ia butuhkan -- biaya untuk membeli obat dan vitamin, makanan bergizi, biaya untuk melahirkan dan perawatan bayi.
Ketakutan melanda pikiran dan perasaan Mamamu. Mamamu bertekad untuk menggugurkan bayi yang ada dalam kandungannya. Segala usaha
dilakukan, mulai dari minum jamu, obat-obatan, sampai dengan cara dipijit. Tetapi semua gagal. Mamamu memikirkan cara lain, yaitu dengan memberikan bayinya kepada orang lain jika ia lahir. Akhirnya bayi itu lahir. Begitu mengetahui bayinya mengalami cacat pada kedua tangan dan kaki yang serius -- hatinya hancur dan ia merasa bersalah, mengingat semua yang telah dilakukannya. Karena perasaan bersalahnya, mama kemudian memutuskan untuk memelihara sendiri bayi itu dan tidak diberikannya pada keluarga yang telah menyanggupi untuk mengambil bayinya itu."

Mendengar cerita itu, Gloria merasa seluruh dunianya runtuh.Tangisan, kemarahan, kesedihan, perasaan gelisah, dan keputusasaan, semuanya bercampur jadi satu. Kenyataan pahit yang didengarnya itu seperti membuka kembali lembaran pahit yang dilaluinya selama ini.
Penderitaan demi penderitaan yang dirasakannya, ejekan dan tertawaan orang-orang yang didengarnya setiap hari, dan semua pemberontakan pada mamanya. Kini Gloria menyadari dari mana kebencian pada mamanya berasal. Kebencian yang amat dalam yang tidak pernah ia mengerti alasannya. "Tidak pernah Mama membedakan kami. Perlakuannya sama terhadap kami semua. Namun entah mengapa, saya sangat memberontak pada Mama. Saya selalu menentang Mama. Jika sesuatu yang saya minta tidak dituruti, saya akan sangat marah. Saya akan membanting pintu, menarik-narik rambut saya dan kepala saya bentur-benturkan ke tembok. Saya selalu mengomel untuk memuaskan kemarahan saya."

Kembali ia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa ia harus mengampuni mamanya untuk semua yang mamanya perbuat terhadap dirinya. Gloria bergumul dan terus berjuang untuk mengampuni mamanya. Sampai suatu saat Gloria mengikuti retret. Firman Allah yang diberitakan dengan jelas didengarnya seperti Allah sendiri berbicara kepada dirinya, "Aku sudah mengenal engkau sebelum engkau dibentuk dalam kandungan ibumu. Aku sudah menguduskan engkau sebelum engkau keluar dari kandungan ibumu. Engkau sangat berharga di mata-Ku dan mulia, Aku ini mengasihi engkau." Dan mulai saat itu, perlahan demi perlahan Gloria menerima kesembuhan atas semua luka-luka di hatinya. Setelah luka-luka batinnya dipulihkan, Gloria mendapat tawaran pekerjaan di sebuah kursus bahasa Inggris untuk anak-anak usia "playgroup". Tanpa pikir panjang, Gloria menerima tawaran tersebut. Di sana, Gloria bekerja sebagai guru bantu yang bertugas membantu guru utama untuk mendampingi anak-anak yang belajar. Tugas Gloria adalah membantu anak-anak yang tidak bisa memegang pensil, menghibur anak-anak yang menangis di kelas, atau menemani anak-anak yang mau ke kamar mandi.

Pada suatu saat, salah satu orang tua murid datang ke tempat kursus.
Dengan marah, ia menuntut kepada kepala sekolah untuk memberhentikan
Gloria karena ia mengira Gloria terkena penyakit kusta. Ia takut penyakit itu akan menular kepada anak-anak di situ. Ia mengancam, jika Gloria tidak diberhentikan, ia dan beberapa orang tua murid yang lain akan mengeluarkan anak-anak mereka dari tempat kursus tersebut. Hari itu juga, Gloria dibawa diperiksa, dan dokter menyatakan bahwa itu bukan kusta. Masih tidak percaya dengan keterangan dokter, orang tua murid kembali menginginkan Gloria untuk diperiksa di laboratorium. Mendengar hal itu, Gloria sangat marah.
Ia ingin melabrak orang itu. Namun, ketika berpapasan muka dengan muka, Gloria tidak dapat mengelurkan sepatah kata pun untuk melampiaskan kemarahannya itu.

Gloria berpikir untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya agar tempat kursus itu tidak dirugikan. Keesokan harinya, ia menghadap kepala sekolah dan menyampaikan niatnya. Mendengar hal itu, kepala sekolah berkata kepadanya, "Kalau kamu keluar dari tempat ini, itu berarti kamu menyetujui apa yang dituduhkan kepada kamu." Jawaban dari kepala sekolah membuat Gloria menyadari apa yang sedang diperjuangkannya. Gloria tetap bekerja di tempat kursus tersebut, meskipun setelah kejadian itu beberapa orang tua murid menarik anak-anaknya untuk tidak belajar di situ. Tetapi setelah kejadian itu, pendaftaran murid-murid baru semakin banyak, sehingga dibutuhkan guru untuk mengajar. Akhirnya, diangkatlah Gloria menjadi guru untuk mengajar dan tidak lagi menjadi guru bantu. Gloria mempergunakan kesempatan tersebut untuk menceritakan tentang Tuhan Yesus kepada anak-anak pada 5 menit terakhir di setiap pelajaran yang diajarkannya. Sampai akhirnya, kepala sekolahnya memberi izin untuk membuka sekolah minggu di tempat kursus itu.

Gloria kemudian mendapat tawaran untuk mengajar di SD. Selama 4 tahun mengajar di sana, ia menceritakan tentang Tuhan Yesus kepada murid-murid. Hal ini kemudian diketahui oleh pihak sekolah dan kemudian Gloria diberhentikan. Gloria merasa sedih mengalami hal itu, tetapi ia percaya Tuhan yang membela hidupnya, Tuhan yang akan buka jalan sehingga Ia yang akan memberkati dengan berkali lipat.
Beberapa bulan kemudian, Gloria mulai mendapat tawaran untuk mengajar anak-anak dari rumah ke rumah. Gloria juga memulai usaha membuat kue kering yang kemudian berkembang dengan pesat. Gloria pun memberi dirinya untuk mulai melayani Tuhan, bernyanyi bagi Tuhan
untuk semua pemulihan yang Tuhan kerjakan dalam hidupnya dan keluarganya.

Hati-hati Pada Waktu Kuat

Hati-Hati Pada Waktu Kuat

Pencobaan yang kita alami atau masa rawan iman kita bukan saja pada waktu kita terhina tetapi juga pada waktu kita tersanjung dan terhormat, bukan hanya pada waktu kita kekurangan tetapi juga pada waktu kelimpahan, bukan hanya pada waktu merasa gagal tetapi pada saat kita sukses atau berhasil, bukan hanya pada waktu kita merasa lemah tetapi pada saat kita merasa kuat. Kejatuhan Daud terjadi bukan pada saat ia ada di dalam pelarian, yaitu ketika ia sangat menderita, tertekan dan tertindas (justru di pelarian Daud begitu dekat dengan Tuhannya), tetapi pada waktu ia sudah menjadi kuat ia lengah, ia tidak berjaga-jaga. Ia mengambil istri prajuritnya yang setia (Betsyeba istri Uria) . Ketika ia diperlakukan tidak adil ia tidak memperlakukan orang lain tidak adil, tetapi ketika ia merasa kuat, ia menjadi sewenang-wenang. Salomo jatuh setelah ia diberkati begitu berlimpah dalam hidupnya. Inilah yang namanya lengah. Hal ini juga dialami oleh Simson. Di puncak kejayaannya Simson sembrono sehingga ia jatuh dan merelakan kekuatannya dilucuti. Pada saat kita merasa kuat kita harus tetap waspada agar kita jangan jatuh. Paulus menasihati kita dengan pernyataannya sebagai berikut (1Kor 10:12). Iblis dalam kelicikannya berusaha untuk menjatuhkan anak-anak Tuhan. Untuk itu kita harus tetap wasapda. Ternyata pada waktu kita terhormat, kelimpahan, sukses, kelimpahan dan merasa kuat kita tergoda untuk tidak sepenuh bergantung kepada Tuhan. Inilah yang terjadi atas Daud ketika ia berusaha menghitung jumlah rakyatnya (1Taw 21:1-3). Usaha mengitung rakyatnya adalah indikasi dimana Daud lupa diri. Ia lupa ahwa segala keberhasilannya adalah karena Tuhan. Jika Tuhan yang menentukan suksesnya seharusnya Daud tetap bergantung kepada Tuhan. Bukan kepada jumlah keretanya. Bukan pula karena cakap tentaranya. Tetapi karena Tuhan yang memberikan Daud kemenangan Oleh sebab itu kita harus diingatkan terus dengan apa yang dikemukan Pemazmur dalam Mazmur 124:1-8. Hal ini akan menjauhkan kita dari kesombongan. Kita tetap bersikap sederhana dan rendah hati. Pada waktu kita ada diatas inilah saat berbahaya yang harus diwaspadai. Bila tidak waspada iblis bisa memperoleh keuntungan didalam situasi tersebut. Pada saat kita merasa diatas maka kesombongan bisa menyusup tanpa kita sadari. Apa yang dikemukakan pemazmur ini kiranya melengkapui diri kita menghalau segala kecenderungan untuk sombong. Dalam Alkitab kita diajar untuk menyadari keterbatasan kita, sebab pada waktu kita lemah justru kita menjadi kuat (2Kor 12:9-10). Di ayat 10 kita temukan pernyataan Paulus yang sukar dimengerti tetapi kita bisa percaya benar. Pernyataan Paulus hendak mengajak kita untuk selalu mengingat bahwa kita harus selalu menyadari keterbatasan kita. Inilah yang membuat kita terdorong mencari Tuhan, tinggal dalam persekutuan dengan Tuhan. Sebab jika aku lemah maka aku kuat (otan gar astheno tote dunatos eimi ; for when I am weak then I am strong). Dalam teks aslinya ada kata “tote” yang artinya kemudian (then). Bila melihat kontek pembacaaan ayat maka perikop ini sedang berbicara mengenai pengalaman Paulus yang luar biasa. Sebenarnya Paulus bisa merasa hebat, kuat dan berkarunia khusus. Demi supaya Paulus tidak sombong maka Tuhan mengijinkan “duri dalam daging”. Jadi keadaan yang sulit bisa merupakan bendungan atau proteksi bagi kita. Jadi kalau hidup ini sedang tidak ada persoalan jangan lengah, justru kita harus waspada sebab inilah masa rawan. Variasi hidup yaitu bukan hanya pujian tetapi juga hinaan, bukan saja kelimpahan tetapi juga kekurangan, bukan saja sukses tetapi juga kegagalan, melaluinya Tuhan hendak menyempurnakan kita. Agar dalam kerajaanNya nanti didapati orang-orang yang “bijaksana” yang telah ditimpa berbagai pengalaman dan terbukti setia. Pada waktu aku lemah kemudian aku kuat. Maksudnya adalah agar kita menyadari bahwa kekuatan hanya datang dari Tuhan bukan manusia atau diri sendiri. Hal ini dapat ditegaskan dengan tulisan Paulus dalam 1 Korintus 2:1-5. Sering kita lupa untuk menjadi sederhana dan seperti anak-anak dihadapanNya. Sehebat apapun kita, kita tetap anak-anak Allah dihadapanNya dan terbatas dalam segala hal. Kita harus menyadari bahwa kita bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa tanpa Tuhan. Memang pada saat kita dinilai sukses oleh dunia sekitar kita, kuat dan bijaksana maka kita bisa mulai lupa bahwa semua yang ada pada kita bukan prestasi kita tetapi anugerahNya. Olerh sebab tetap bergantung dan memuji Dia. Syalom

Info Website dan Blogspot HKI

Website Huria Kristen Indonesia : www.hki-online.or.id

Blogspot Majalah ROhani HKI : binawargahki.blogspot.com

Ketaatan.....

Ketaatan yang Menyembuhkan
"Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.." (1 Raja-raja 19:4b)

Elia dalam Perjanjian Lama termasuk nabi besar Bahkan perkasa. Betapa tidak, Elia berani melawan kekuasaan Raja Ahab yang kejam. la tidak gentar ketika seorang diri harus melawan 450 nabi Baal (1 Raj 18:22). Di Gunung Karmel Elia terang-terangan menantang para nabi Baal itu. Sungguh berani. Tapi ironis, ketika Izebel, istri Raja Ahab, mengancam Elia, ia ketakutan setengah mati, Hingga ia melarikan diri. Kontras. Ini menunjukkan di balik kebesaran seseorang pasti ada kelemahan. Tokoh-tokoh besar di Alkitab bukan manusia super tanpa cela. Mereka juga manusia biasa yang punya kelemahan.
Yang luar biasa adalah sikap Tuhan secara logika, Dia punya alasan untuk mencela atau menyalahkan Elia. Elia kan seorang nabi. la juga sudah melihat dan mengalami sendiri bagaimana kuasa Tuhan bekerja. Lha. sekarang ia koq begitu frustasi dan ingin mati karena ancaman seorang wanita. Tapi Tuhan tidak mencela. Tuhan memberi kekuatan dan penghiburan kepada Elia. Ketaatan kepada Tuhan menyembuhkan, karena pertama, Tuhan tidak akan meremehkan dan mencela kelemahan kita. Dia menerima kita apa adanya.
Kedua. Tuhan tidak akan tinggal diam. Pada saatnya Dia akan menolong dengan cara-Nya yang kadang tidak kita mengerti, dan pada waktu-Nya yang kadang tidak kita duga; Dia akan turun tangan menolong. Tepat sasaran. Seperti kepada Elia. Dalam kekalutan, kegamangan, dan ketakutannya yang begitu rupa, pertolongan Tuhan datang. Dan itu bukan sekadar kata-kata. Tapi tindakan praktis.
Ketiga, Tuhan adalah teman sepergumulan kita. Dalam kasus Elia yang mengeluh dan menunjukkan kelemahannya Tuhan sebetulnya bisa melepaskan Elia. Dia tidak kekurangan orang untuk melakukan pekerjaan tangan-Nya. Tuhan bisa berkata, "Elia ini hanya memusingkan! Sudahlah, mati saja sana seperti kemauannya!" Tapi Tuhan membimbing Elia untuk lebih menghayati kasih dan kuasa-Nya. Menjadi teman sepergumulan bagi Elia (ay 11-13). Ya, Tuhan kita adalah Tuhan yang bertanggung jawab. Dia tidak akan membuang atau meninggalkan kita. Dia akan menemani kita menelusuri lekak-lekuk pergumulan kita. Dan Elia pun sembuh. la kembali ke perjuangan imannya, melaksanakan tugas kenabiannya tanpa galau dan risau.
Lalu bagaimana kita taat kepada Tuhan? Sederhananya. pertama, ikuti semua
proses dalam hidup kita dengan iman, kalau Tuhan menghendaki sesuatu terjadi tidak
akan ada kekuasaan yang bisa menghentikannya, dan Dia pasti akan memperlengkapi
kita menjalaninya. Sebaliknya kalau sesuatu itu bukan kehendak Tuhan, Dia selalu
punya cara menggagalkannya. Kedua, hadapi setiap tantangan dan cobaan, bahkan
yang paling menyakitkan sekalipun dengan pengharapan, bahwa semua itu akan
Tuhan pakai untuk kebaikan. Ketiga, landasi hati dan perilaku kita dengan kasih.
Kasih memungkinkan kita memaknai setiap keburukan dengan legowo.

HUmor Gelleng......

KHOTBAH

Pendeta memberitahu jemaatnya, "Minggu depan saya merencanakan untuk berkotbah tentang dosa kebohongan. Untuk membantu anda memahaminya, saya ingin anda semua membaca Markus pasal 17."

Pada Minggu berikutnya, ketika bersiap menyampaikan kotbahnya, dia berkata, "Saya ingin tahu berapa banyak di antara anda telah membaca Markus 17."

Semua orang mengacungkan jarinya.

Pendeta itu tersenyum dan berkata, "Markus hanya memiliki 16 pasal. Sekarang saya akan memulai kotbah saya tentang dosa kebohongan."

HUMOR.......

KUNJUNGAN JEMAAT

Pada suatu hari seorang pendeta melakukan kunjungan pada jemaatnya. Semuanya berjalan lancar sampai ketika dia tiba di suatu rumah. Jelas ada orang di dalam, namun ketika dia mengetuk pintu, tak ada orang yang membukakannya.

Akhirnya dia mengambil kartu namanya dan menuliskan sebuah catatan: "Wahyu 3:20 --Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."

Kemudian dia menyelipkan kartu itu di bawah pintu.

Keesokan harinya, ketika sedang menghitung persembahan, sang pendeta
mendapatkan sebuah kartu nama di kantung persembahan. Di situ ada catatan: "Kejadian 3:10 --Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang."

DIJAMIN HALAL

‘Semuanya adalah Milik Tuhan’

DIJAMIN HALAL!
Oleh: John Adisubrata

“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.” (Roma 11:36)

Akhir-akhir ini banyak banget orang-orang yang pada bingung ‘ngedebatin, terkadang aja ikut diskusi tanpa jadi sewot-melotot, tentang makanan haram atau halal sesuai dengan ajaran hukum Taurat dalam Perjanjian Lama, sebelum Tuhan Yesus Kristus datang untuk menggenapi semuanya itu.

Pertanyaan saya sih: Di jaman serba instan supersonik modern seperti sekarang ini, apakah ada jaminan 100% (seratus persen), bahwa kita tidak (akan) pernah menelan produk-produk makanan yang mengandung bahan-bahan berasal dari binatang-binatang tertentu?

Siapa sih yang kagak pernah pergi makan ke luar, ‘nongkrong di depot ini-itu, ‘nikmatin sate (oke, … yang ayam aja!) bakarannya Pak Miun, atau jagongan bareng-bareng di warung mie kwee tiauw Encek Hong Sien yang beken di ujung Jalan Raya Darmo?

Atau, … diajak temen-temen seiman nyobain makan semangkok soto Ambengan, atau ‘ngerasain sepiring nasi rawonnya Bu Gak Slamet di sebelah sekolah dasar Jalan Ngagel?

Atau, … kadang-kadang mesti beli ‘fish and chips’ kek, yang berminyak banget, ... di ‘take away shops’ atau di ‘foodcourt’-nya ‘mall’, atau ... harus ‘nganterin (‘nemenin) anak-anak atau keluarga, makan ‘junk food’-nya McDonald, Hungry Jack’s (di Indonesia namanya: Burger King), atau Pizza Hut?

Atau, … ikut nyemil-nyemil ‘cornchips’, ‘popcorn’, keripik kentang buatan luar negeri, sambil nonton bioskop, atau sambil rebah-rebahan di atas dipan-dipan rotan ‘ngobrol di halaman belakang rumah antar saudara?

Atau, … gara-gara ‘ngejerin karier melulu (kasarannya: ‘ngebetin uang aja!), supaya penghasilan rumah tangga jadi lebih meningkat, tidak punya waktu lagi untuk belanja di Pasar Pagi, atau masak makanan-makanan yang sehat (kasus ini hanya bagi yang tidak mempunyai pembantu di rumah!), sehingga setiap hari keluarganya dihidangin santapan-santapan instan asal-asalan dari dalam kaleng, atau dari dalam paket-paket plastik, seperti super mie buatan Thailand, bumbu-bumbu masak merk Bamboe, botol-botol saus masak cap Sauschwein, dan lain-sebagainya?

Pertanyaan saya lagi: Apakah ada garanti dalam hal-hal seperti itu, bahwa kita akan selalu bebas dari ancaman engga bakalan nelen makanan-makanan yang ‘ngandung ‘by products’ berasal dari binatang-binatang yang menurut kita haram?

Apakah ada garanti juga, bahwa yang mereka (si pemilik restoran, atau si pemilik depot) katakan kepada kita tentang bahan-bahan masak yang mereka pergunakan, seperti dagingnya kek, minyaknya kek, atau bumbunya kek, adalah yang seperti mereka jaminkan? Ingat ‘nggak peristiwa si Ajinomoto, cap mangkok merah? Kalau tidak salah kasus itu terjadi awal tahun 2002. Saya jadi ikut ‘ndengerin berita-berita dari televisi dan ikut ‘ngebaca artikel-artikel dalam koran tentang kejadian itu, gara-gara lagi kebetulan pulang ‘ngampung ke Indonesia.

Dan pertanyaan saya yang berikutnya: Apakah kita bisa ‘ngerti semua tulisan-tulisan yang dicantumkan di atas paket-paket masakan atau penganan instan yang kita makan? Jaman sekarang bumbu-bumbu di dalamnya biasanya ditulis dalam bentuk nomor-nomor, bukan nama-nama bahan lagi! Mungkin sekali hanya untuk hemat-hemat tempat/kertas, dan juga sekalian ‘ngehematin tinta cetaknya. Entah di Indonesia sekarang gimana, yang jelas kalau di negara ‘Down Under’ prinsipnya mah udah lama diganti model begituan.

Karena itu, meskipun ini hanya merupakan suatu persepsi pribadi saja, saya berani nanggung dah: Engga akan ada garantinya, bahwa kita hanya mau atau bisa ‘nyantap makanan-makanan yang menurut kita halal!

Di kota Brisbane, Australia, saya sering banget ‘ngeliat ibu-ibu berkerudungan pake jubah-jubah panjang asal Timur Tengah, yang sukaannya beli permen-permen jelly di supermarket-supermarket, yang memang terkenal enak, kenyal-kenyal gitu. Mungkin sekali di rumah sendiri masak dagingnya semua berasal dari ‘butchers’ halal, s’bab katanya spesial banget, khan ‘ngebantainya disambil ‘nyeruin salah satu dari mantra-mantra manjur tertentu. Tetapi tanpa disadari oleh mereka sendiri, karena doyan ‘ngemut, … eh kecolongan juga, ... makan permen-permen jelly yang mengandung ‘gelatin’! Anda khan tahu sendiri maksud saya, bahan itu berasal dari mana? Berabe deh, kalau mereka ‘ngecek nomor-nomor rahasia yang tercantum dalam daftar ‘ingredients’-nya

Jadi di jaman seperti ini, … bagaimana cara kita untuk bisa membuktikan kepada orang-orang lain, bahwa tubuh kita sendiri tidak pernah terkontaminasi oleh bahan-bahan makanan yang kita yakini terlarang atau najis? Lalu menyangka bahwa hanya kita saja yang bisa seperti burung-burung ‘peacock’, dengan angkuhnya memamerkan keindahan ekornya, masuk pintu gerbang sorga, sambil ‘ngetawain orang-orang lain yang sukaannya makan sate babi, RW, gulai kambing dan lain sebagainya.

“Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu.” (Roma 14:3)

Ada sih satu kemungkinan, bagi yang mau sungguh-sungguh ‘strict’ ‘ngikutin cara makan sesuai dengan hukum Taurat: Bagaimana yah, kalau kita punya pertanian dan perternakan sendiri aja di belakang rumah untuk dikonsumsi hanya oleh seluruh anggota keluarga sendiri? Tapi, … mikir-mikir lagi, … gimana nih dengan pupuknya? Wah bisa berabe juga kalo itu … eh, jangan-jangan berasal dari perut-perut si ‘Babe’! Yuck, … haram banget?!

Serba pusing juga, yah?!

Karena itu firman Tuhan khan jelas bilangnya gini: ‘Karena: “bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan.” (1Korintus 10:26) Dan Roma 14 ayat 6 juga ‘nerangin: “... Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah.”

Bukankah Alkitab juga mengatakan, bahwa kita (KITA) penuh (PENUH) dengan (DENGAN) dosa (DOSA)? Dan bukankah seluruh kebaikan-kebaikan kita (yang tentu saja hanya merupakan standar manusia) adalah seperti kain-kain yang kotor di mata Tuhan?

Karena itu, kita semua perlu ‘pembenaran’ melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di Kayu Salib 2000 tahun yang lalu, yaitu untuk dengan sepenuh hati bersyukur menerima anugerah kasih karunia penuh keajaiban, yang sudah diberikan oleh-Nya kepada kita secara gratis. Dan bukan berusaha terus mengerjakan keselamatan kita dengan memakai logika pikiran atau kekuatan sendiri guna menyenangkan hati Bapa di sorga.

Padahal ... tanpa kita sadari, sebenarnya tubuh kita sendiri sudah (lama sekali) terkontaminasi oleh bahan-bahan yang kita gembar-gemborkan ‘haram’, sambil rajin menghakimi umat Tuhan yang lain. Firman Tuhan khan juga jelas mengatakan, bahwa siapa yang ingin terus menjalankan hukum Taurat, … akan diadili kelak menurut hukum tersebut.

Lagipula, … hampir semua orang-orang Kristen khan udah ‘ngerti banget, bahwa hukum Taurat sebenarnya bukan cuman urusan makanan haram/halal doang, … ‘scope’ hukum Taurat mah jauh lebih njelimet! Karena itu, kita semua butuh banget kehadiran Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan kita.

Saya mah udah mutusin untuk ‘ngikutin Tuhan Yesus aja, ah! S’bab saya harus ‘ngakuin nih, … engga bakalan mampu dah untuk menuhin syarat-syarat hukum-hukum Taurat yang rumitnya, … ya ampun!!

Hanya sekedar oret-oret untuk dipertimbangkan, ... betul engganya?

John Adisubrata